Rabu, 16 Desember 2015

Antara "Mempercayakan" dan "Memercayakan" ....


Prolog...

"Terimakasih telah mempercayakan penerjemahan dokumen nya di tempat kami. Semoga hasilnya memuaskan." Tulis ku sore itu pada status BBM ketika client telah memberikan fee terjemahan. Sedetik kemudian, suamiku masuk ke ruang kerja kami. Dia bergumam sebentar, memandang layar ponsel nya kemudian meletakkan di meja. "Kalau ada tes EYD dan kamu ikut pasti kamu ngga bakalan lolos." katanya tiba-tiba. "Ha.... aku? how come...?" jawabku dengan tatapan tak mengerti. Ku alihkan pandanganku dari layar ponsel. "maksudnya gimana?" "Coba cek lagi status kamu" katanya lagi sambil mengambil ponsel nya di meja. "Coba cek mana yang benar... mempercayakan atau memercayakan...." katanya lagi sambil tersenyum dan meninggalkan ruang kerja kami. 
Aku masih melongo. Berpikir. Apa yang salah sih dari tulisan itu. Aku sering mendengar bahkan melihat banyak orang menulis kata 'mempercayakan' daripada 'memercayakan'. 

Aku kemudian ingat buku yang aku dapatkan ketika aku masih menuntut ilmu di Solo. Aku berjalan menuju rak buku ku. Ku buka satu persatu koleksi buku bahasa Indonesia ku.Yap... ku temukan juga buku dengan judul Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia nya Abdul Chaer dan Buku Praktis Bahasa Indonesia dari teman saya di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Aku mulai membaca dan mulai menyadari letak kesalahanku. Aku tersenyum simpul. Ku tutup lagi buku-buku itu dan aku ganti status BBM yang sudah aku tulis. 

Oh... mungkin ini salah satunya kenapa aku tidak lulus tes akhir penyaringan Calon Pegawai Negeri di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. hihihi...... 
***

Buku dari Badan Bahasa  dalam subbab 'Manakah yang benar, mempercayai atau memercayai' menyatakan bahwa"jika p-e-r disangka sama dengan imbuhan, bunyi 'p' tidak diluluhkan sehingga dipakai bentuk 'mempercayai', 'memperkarakan', 'memperkosa'. Sebaliknya, jika p-e-r itu dipandang tidak sama dengan imbuhan, bunyi 'p' diluluhkan sehingga digunakan bentuk 'memercayai', 'memerlukan', dan 'memergoki'. Bunyi 'p' pada imbuhan 'per-' seperti pada kata 'pertemukan' memang tidak luluh. Sehingga bentuknya menjadi 'mempertemukan.' 

Dari kata-kata diatas, kemudian saya menyimpulka bahwa bunyi 'p' dalam kata dasar hendaknya diluluhkan. 
Contoh: me + percaya + kan = memercayakan. 

Kemudain dari buku Abdul Chaer saya mendapatkan beberapa macam variasi me- seperti dibawah ini. 
  1.  Me- digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan 'r', 'l', 'w', dan 'y'; serta konsonan sengau 'm', 'n', 'ny', dan 'g'. Contoh: me + rasa = Merasa, me + lihat = melihat, me + wisuda = mewisuda, me + yakinkan = meyakinkan, me + nganga = menganga. 
  2. Mem- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b, p, f, dan v. Khusus untuk konsonan 'p' maka konsonan tersebut diluluhkan. Contoh: mem + bawa = membawa, mem + potong = memotong, mem + fitnah = memfitnah, mem + vonis = memvonis
kemudian dari informasi yang saya dapatkan dari internet dan beberapa blog, saya mendapatkan rumus awalan me-. ternyata tidak hanya kata dengan huruf depan 'p' yang diluluhkan ketika bertemu dengan awalan me-. Huruf 'K', 'T', dan 'S' pun akan luluh bila bertemu dengan awalan me-. 
Contoh: 
me + singkir = menyingkir 
me + sambar = menyingkat 
me + kirim = mengirim 
me + kurung = mengurung 
me + tarik = menarik 
me + tipu = menipu 
***
 
Dari beberapa contoh diatas, kemudian saya menyimpulkan bahwa kata dasar yang diawali konsonan p jika mendapat awalan me-, konsonan p luluh berubah menjadi konsonan m, kata dasar yang diawali konsonan s jika mendapat awalan me-, maka konsonan s luluh menjadi ny, kata dasar yang diawali konsonan k jika mendapat awalam me-, maka konsonan k luluh menjadi ng. Sedangkan untuk kata dasar dengan awalan t jika mendapat awalan me-, maka konsosnan t tersebut luluh menjadi n
 
 
Ditulis dari berbagai sumber. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar