Abstrak
Teknik
penerjemahan adalah suatu metode yang diterapkan dalam penerjemahan untuk
menggambarkan hasil penerjemahan dan mengklasifikasikan tipe solusi
penerjemahan. Teknik penerjemahan muncul untuk membedakan dengan strategi
penerjemahan. Teknik penerjemahan ini akan menentukan ideologi yang dipakai
oleh penerjemah. Teknik penerjemahan yang dibahas dalam makalah ini adalah
teknik penerjemahan Molina dan Albir yang terdiri atas 18 teknik yaitu adaptasi,
amplifikasi, pinjaman, kalke, kompensasi, kreasi diskursif, kesepadanan lazim,
generalisasi, amplifikasi linguistik, kompresi linguitik, terjemahan harfiah,
modulasi, partikularisasi, reduksi, substitusi, transposisi, dan variasi.
I.
PENDAHULUAN
Kegiatan penerjemahan tidak bisa
dipisahkan dengan teknik penerjemahan. Teknik penerjemahan digunakan untuk
menentukan ideologi penerjemahan, apakah penerjemahan itu bersifat foreignisasi
ataukah domestikasi. Sebelum teknik penerjemahan muncul, orang masih rancu
membedakan teknik penerjemahan dengan strategi penerjemahan yang banyak dibahas
oleh Baker (1992) dan Bell (1997).
Teknik penerjemahan dalam hal ini adalah
gambaran yang tampak pada hasil terjemahan, terutama pada unit terkecil teks
(unsur mikro), sedangkan terjemahan dalam unit makro/global, disebut dengan
metode. Strategi penerjemahan erat kaitannya dengan proses penerjemahan, tempat
penerjemah berusaha mencari taktik untuk keluar dari permasalahan yang mungkin
timbul selama proses penerjemahan berlangsung. Dengan kata lain, perbedaan
mendasar antara teknik dan strategi adalah strategi merupakan bagian dari
proses, sedangkan teknik dapat dilihat dari produk terjemahannya.
II.
DEFINISI
Menurut Machali (200:77) teknik merupakan
suatu metode, keahlian atau seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas
tertentu. Sedangkan menurut Molina dan Albir (2002:209), teknik menggambarkan
hasil yang didapat dan bisa digunakan untuk mengklasifikasi bermacam – macam
tipe solusi penerjemahan. Dari definisi teknik diatas dapat disimpulkan bahwa
teknik penerjemahan adalah suatu metode yang diterapkan dalam penerjemahan
untuk menggambarkan hasil penerjemahan dan mengklasifikasikan tipe solusi
penerjemahan.
Teknik Penerjemahan mempunyai lima karakteristik
dasar yaitu:
1. Berdampak
pada hasil terjemahan
2. Diklasifikasikan
oleh perbandingan dengan teks aslinya
3. Berdampak
pada unit mikro dari teks
4. Bersifat
diskursif dan kontekstual
5. Bersifat
fungsional
III.
TEKNIK PENERJEMAHAN
MOLINA DAN ALBIR DAN CONTOH PENERAPANNYA DALAM KALIMAT
Dibawah ini,
adalah jenis – jenis teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan
Albir. Penulis mengambil contoh teknik penerjemahan dari berbagai sumber.
1. Adaptasi
(Adaptation)
Adaptasi
adalah teknik yang mengganti unsur budaya bahasa sumber dengan unsur budaya
yang dikenal dalam bahasa sasaran
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
Kilimajaro is a snow
covered mountain 19,710 feet high
and is said to be the highest mountain in Africa.
(The Snow of
Kilimanjaro)
|
Kilimanjaro
adalah gunung bersalju yang terletak pada ketinggian 6008 meter dari
permukaan laut dan dijuluki gunug tertinggi di benua Afrika.
(Salju
Kilimajaro)
|
2.
|
Today she weighs twenty-one stone.
(The Luncheon)
|
Sekarang
dia berbobot 133 kilo.
(Makan
Siang)
|
3.
|
Hi,
I’m Dora.
(Dora the explorer –
Wish Upon a Star)
|
Halo, aku Dora.
|
4.
|
I answered that I
would meet my friend – by correspondence – at Foyot’s on Thursday at half-past twelve.
(The Luncheoun)
|
Saya
balas suratnya bahwa saya akan menemui teman saya di Foyot’s Kamis pukul 12.30.
(Makan
Siang)
|
Pada kalimat pertama kata ‘feet’ (ukuran
tinggi) diterjemahkan menjadi ‘meter’, karena masyarakat Indonesia lebih
memahami ukuran meter. Begitu juga pada kaliamt kedua, ukuran berat dalam BSu,
‘stone’, diterjemahkan menjadi ‘kilo’ agar pembaca BSa bisa memahami.
Pada kalimat ketiga penerjemah
mengadaptasi kata ‘hi’ menjadi ‘halo’ karena kata halo lebih sering digunakan
dalam BSa. Kata ‘hi’ disini juga bisa diterjemahkan dengan teknik adapatasi
menjadi ‘hai’.
Kalimat
keempat mengadaptasi tulisan jam ‘half-past twelve’ menjadi angka ’12.30’. Hal
ini dilakukan karena pembaca BSa lebih sering menemukan penunjuk jam yang
ditulis dengan angka ‘12.30’ daripada dengan tulisan ‘setengah satu’.
2. Amplifikasi
(Amplification)
Amplifikasi
adalah memperkenalkan / menambahkan detail informasi yang tidak terdapat dalam
Bsu yaitu paraphrase eksplisit.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
“Look at them,” he said. “Now
is it sight or is it scent that brings them like that?”
(The
Snow of Kilimanjaro)
|
“Coba kau amati burung – burung itu,”
katanya. “Nah, coba tebak, indera penglihatan ataukah indera penciuman yang membuat mereka
begitu?”
(Salju
Kilimanjaro)
|
2.
|
Barely five years
before his birth, the centuries-old Abbasid caliphate at Baghdad had been
destroyed by the Mongols.
(Economic Concepts of
Ibn Taimiyah)
|
Sekitar
lima tahun sejak ia lahir, Dinasti Abbasiah yang telah berusia beberapa abad,
dihancurkan oleh pasukan Mongol.
(Konsep
Ekonomi Ibnu Taimiyah)
|
3.
|
The coffee system, at
the least, prevented them from spending time on other more profitable or
necessary endeavors, …
|
Sistem [tanaman] kopi, setidaknya, menghalangi mereka untuk memanfaatkan waktu pada
usaha lain yang lebih menguntungkan atau lebih diperlukan, ...
|
Pada contoh kalimat pertama, penerjemah
menerjemahkan informasi implisit yang terdapat dalam kalimat BSu. Look at them Ã
diterjemahkan secara eksplisit menjadi coba
kau amati burung - burung itu. Penerjemah menerjemahkan them menjadi burung – burung itu, karena kalimat sebelumnya terdapat kata bird /
burung.
Pada kalimat kedua, penerjemah melakukan
penambahan informasi kata the Mongols
menjadi pasukan Mongol. Pada kalimat
ketiga, penerjemah mengeksplisitkan kata “tanaman” untuk lebih memperjelas
informasi kalimatnya.
3. Peminjaman
(borrowing)
Peminjaman
adalah teknik pengambilan sebuah kata atau ungkapan dari bahasa sumber.
Peminjaman ini dapat berupa peminjaman murni ( Pure Borrowing) dan peminjaman
yang sudah dinaturalisasi ( disesuaikan dengan sistem fonetik dan morfologi
bahasa sasaran).
Contoh:
a. Peminjaman
Murni (Pure Borrowing)
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
I
mentioned casually that my doctor had absolutely forbidden me to drink champagne.
(
The Luncheon)
|
Saya
katakana sambil lalu bahwa dokter saya betul – betul melarang saya minum champagne.
(
Makan Siang )
|
2.
|
“Never, I never eat asparagus.”
( The Luncheon)
|
“Tidak,
saya tidak pernah makan asparagus.”
(Makan
Siang)
|
3.
|
In her dream she was
at the house on Long Island and it
was the night before her daughter’s debut.
(The Snow of
Kilimanjaro)
|
Di
dalam mimpinya ia tengah berada di rumahnya di Long Island dan saat itu malam sebelum acara resmi perpisahan
sekolah anak gadis.
(Salju
Kilimanjaro)
|
Pada contoh
diatas, terdapat teknik peminjaman murni dari champagne yang diterjemahkan menjadi champagne, asparagus
yang juga diterjemahkan menjadi asparagus
dan Long Island yang juga
diterjemahkan sama menjadi Long Island.
. Tidak ada perubahan dalam tulisan dan pengucapan.
b. Peminjaman
yang sudah dinaturalisasi (Naturalized borrowing)
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
She
ate the caviare and she ate the
salmon.
(The
luncheon)
|
Dia
makan kaviar itu, setelah itu
makan ikan salmon.
(Makan
Siang)
|
2.
|
“You’re quite a humorist!”
(The Luncheon)
|
“Anda
cukup humoris!”
(Makan
Siang)
|
3.
|
Further insight into
the Chinese community’s philosophy
of life can be gained through understanding its shufa or calligraphy.
(Meaningful Strokes –
Garuda Magazine)
|
Mendalami
filosofi hidup masyarakat Tionghoa
juga bisa didapati dari memahami seni kaligrafi
china atau shufa.
(Goresan
Bermakna – Garuda Magazine)
|
Dari tiga
kalimat diatas, terdapat penyesuaian bunyi dan juga tulisan sesuai dengan
sistem bahasa sasaran. Caviare Ã
kaviar, humorist à humoris, philosophy Ã
filosofi, dan calligraphy Ã
kaligrafi.
4. Kalke
(Calque)
Kalke
adalah teknik penerjemahan harfiah sebuah kata atau frase dari BSu ke BSa.
Teknik penerjemahan ini bisa dilakukan secara leksikal atau struktural. Teknik
ini mirip dengan terjemahan harfiah, perbedaannya terlihat pada struktur BSu
yang masih muncul pada BSa atau leksikal yang dipertahankan namun mengikuti
struktur BSa.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
In 1869, the chiefs decided that the teacher, a former Normal School student, was
unqualified (after six years of service in the school), and they discharged
him.
|
Pada tahun 1869, kepala nagari memutuskan bahwa gurunya, seorang
lulusan Sekolah Normal dianggap
tidak berkualitas (setelah mengajar selama enam tahun di sekolah itu) dan
guru itu dipecat
|
2.
|
The Chinatown Area or
Pecinan Semarang is much like an oasis that gives us positive energy.
(Meaningful Strokes – Garuda Magazine)
|
Kawasan
China town atau Pecinan Semarang tak ubahnya sebuah oase yang dapat
memberikan energi positif.
(Goresan
Bermakna – Garuda Magazine)
|
3.
|
Each Residency was divided into Assistant Residencies.
|
Tiap-tiap keresidenan dibagi ke dalam pemerintahan Asisten Karesidenan.
|
4.
|
Wait! Wait! Stop the bus!
|
Tunggu! Tunggu! Hentikan bus
itu!
|
Pada kalimat pertama dan kedua, terdapat
teknik kalke yang mengikuti struktur BSa namun unsur leksikal nya masih
dipertahankan. Dalam BSu terdapat kata “Normal School” yang diterjemahkan
dengan strukutur BSa menjadi “Sekolah Normal” dan juga kata “Positive Energy”
yang diterjemahkan menjadi “ Energi Positif”.
Pada kalimat ketiga dan keempat,
terdapat ateknik penerjemahan kalke yang struktur BSu nya masih muncul pada
struktur BSa. Pada kalimat ketiga terdapat kata “Assitant Residences” yang
diterjemahkan menjadi “Asisten Karesidenan” dan pada kalimat keempat terdapat
kata :Stop the bus” yang diterjemahkan menjadi “Hentikan bus itu”. Dari kedua
kalimat tersebut tidak terdapat perubahan struktur BSu maupun BSa.
5. Kompensasi
(Compensation)
Kompensasi
adalah teknik penerjemahan yang memperkenalkan unsur – unsur informasi atau
pengaruh stilistik teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
If
there’s a place you’ve got to go,
I’m
the one you need to know
If
there’s a place you’ve got to get,
I
can get you there, I bet.
(Dora
the Explorer)
|
Jika kau mencari tempat,
Akulah
orang yang tepat.
Jika
kau mencari lokasi,
Akulah
orang yang kau cari.
|
2.
|
Myself
when young did eagerly frequent
Doctor
and Saint, and heard great argument
About
it and about; but evermore
Came out by the same
Door as in I went.
(The
Rubbaiyat Umat Khayam: Based on the First Translation)
|
Saat
mudaku sendiri pun gemar bertemu
Tabib
dan Orang saleh, dapat nasihat seru
Tentang
hal ini dan itu: tapi kemudian
Berlalu
lewat Pintu yang sama aku masuk.
(Rubbaiyat
Omar Khayam: Syair dan Tafsir)
|
Teknik
kompensasi pada contoh diatas mengutamakan sajak agar terkesan lebih puitis.
6. Deskripsi
(Description)
Deskripsi
adalah teknik penerjemahan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan
dengan deskripsi bentuk dan fungsinya.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
“I’ll
have a gimlet, “Robert Wilson told
him.
(The
Short Happy Life of Francis Macomber)
|
“
Aku mau gimlet (minuman terbuat dari
gin, vodka, air jeruk, atau air soda), “ kata Robert Wilson padanya.
(Kebahagiaan
Hidup Francis Macomber)
|
2.
|
The men either stayed at their wife’s house
at night, or, of unmarried, they slept in the lineage surau, a combination of
Quranic school and male clubhouse.
|
Sedangkan
laki-laki menetap di rumah istrinya pada malam hari saja, atau jika kaum
laki-laki yang belum kawin biasanya tidur pada surau keluarga, yang biasanya
dipergunakan sebagai tempat mengaji Quran dan tempat berkumpul para pemuda dalam semacam clubhouse.
|
3.
|
In
accordance with government
regulations, do not operates mobile phone, TV sets or Radios….
(Garuda
Magazine)
|
Sesuai
dengan keputusan Departemen
Perhubungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara No. AU 4357/DKP.09752003, mohon tidak mempergunakan
telpon genggam, televise atau radio…
(Majalah
Garuda)
|
Pada kalimat diatas, penerjemah
menggunakan teknik deskripsi untuk mendiskripsikan suatu kata atau istilah agar
pembaca bahasa sasaran lebih memahami. Seperti pada kalimat pertama, penerjemah
mendeskripsikan ‘Gimlet’ adalah jenis minuman yang terbuat dari gin, vodka, air
jeruk, atau air soda. Begitu juga dengan kalimat kedua yang menjelaskan tentang
male clubhouse. Pada kalimat ketiga penerjemah menambah informasi tentang
“Government Regulation” dengan “keputusan Departemen Perhubungan Direktorat
Jendral Perhubungan Udara No. AU 4357/DKP.09752003”. Hal ini untuk menjelaskan
bahwa peraturan pemerintah yang dimaksud adalah peraturan dari departemen
perhubungan.
7. Kreasi
diskursif (Discursive Creation)
Kreasi
diskursif adalah teknik penerjemahan untuk menampilkan kesepadanan sementara
yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini biasanya digunakan
untuk menerjemahkan judul buku atau judul film.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
Ronggeng
Dukuh Paruk
|
The
Dancer
|
2.
|
Korea Beckons
|
Selayang Pandang Korea
|
3.
|
The major conflict arose between two different versions of Islam –
the traditional accommodating and eclectic
Islam (taught in the lineage surau and the village mosque)
|
Konflik yang utama muncul antara dua versi Islam yang berbeda,
yaitu Islam sinkretik yang
tradisional (yang diajarkan di surau-surau keluarga dan masjid nagari)
|
Pada
kalimat ketiga terjadi perubahan-perubahan tak terduga, seperti “eclectic”
(paham yang mengambil hal-hal yang terbaik dari beberapa sumber) menjadi
“sinkretik” (paham/aliran yang memadukan beberapa aliran/agama untuk mencapai
keserasian)
8. Kesepadanan
Lazim ( Established Equivalent)
Kesepadanan
lazim adalah teknik untuk menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah
lazim/diakui dalam kamus bahasa sasaran
sebagai padanan pada teks bahasa sumber.
Contoh
:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
He explained that the
shio of the head of the family should be put at the top and then followed by
that of the mother, children, in-laws,
and grandchildren.
(Meaningful Strokes –
Garuda Magazine)
|
Ia
menjelaskan banwa shio kepala keluarga diletakkan di bagian atas kemudian
dilanjutkan dengan shio ibu, anak, menantu,
hingga cucu.
(Goresan
Bermakna – Garuda Magazine)
|
2.
|
There are no floods
of bicycles or motor bikes at the traffic lights either, as I would have
expected after much exposure to south-east
Asian countries.
(Korea Beckons –
Garuda Magazine)
|
Tidak
pula ada banjir sepeda atau sepeda motor di lampu lalu lintas, seperti yang
aku tunggu setelah banyak sekali pengalaman melihat negara – negara Asia Tenggara.
(Selayang
Pandang Korea – Garuda Magazine)
|
3.
|
My mouth had often watered at the sight of them.
( The Luncheon)
|
Sering
mulut saya ngiler melihatnya.
(Makan
Siang)
|
4.
|
Good
Evening, Mr Troll.
|
Selamat Malam, Tuan
Kurcaci.
|
Teknik kesepadanan lazim digunakan untuk kata yang
sudah secara formal memliki padanan dalam BSa seperti yang terdapat dalam kamus
atau yang telah disepakati oleh komunitas tertentu sebagai pengguna bahasa
(pengunaan bahasa sehari – hari. Teknik kesepadanan lazim ini juga digunakan
untuk ungkapan lazim yang telah digunakan suatu bidang ilmu tertentu atau dalam
masyarakat tertentu. Contoh pada kalimat pertama terdapat kata ‘ in-laws’ yang
dipadankan menjadi ‘menantu’ dalam bahasa Indonesia, karena kata ‘menatu’ sudah
lazim digunakan di Indonesia. Dalam contoh kalimat kedua terdapat kata
‘south-east Asian countries’ yang telah memiliki padanan lazim dalam bahasa
Indonesia yaitu ‘ negara – negara Asia Tenggara’. Kemudian pada kalimat keempat
kata ‘ watered’ lebih lazim diterjemahkan menjadi ‘ngiler’ daripada ‘ berair’.
Pada kalimat keempat kata ‘ good evening’ memang diterjemahkan dengan ‘selamat
malam’ dan kata ‘Mr’ sering disepadankan dengan kata ‘tuan’ dalam Bahasa
Indonesia.
9. Generalisasi
( generalization)
Teknik
generalisasi adalah penggunaan teknik – teknik yang lebih umum atau netral.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
….
that grumpy old troll
|
…..si
Kurcaci Tua pemarah
|
2.
|
Worried sisters would accuse a brother of spoiling his own
children instead of fulfilling his tradition duties toward his nephews and nieces, who, according to
strict interpretation of adat, had first claim on his attentions.
|
Sang istri yang
merasa kecewa akan segera menuduh saudaranya yang laki-laki (mamak)
memanjakan anak-anaknya sendiri ketimbang kemenakannya, yang menurut aturan adat justru harus mendapat
perhatian yang utama sebagai pemenuhan kewajiban yang tradisional.
|
3.
|
Flying can dehydrate
you, so drink plenty of non-alcoholic liquid.
(Garuda Magazine)
|
Berada
di ketinggian dapat menyebabkan dehidrasi, sebaiknya anda mengkonsumsi cukup minuman non-alkohol.
(Majalah
Garuda)
|
Pada
kalimat pertama kata ‘grumpy’ yang lebih tepatnya adalah ‘penggerutu’
digeneralisasikan menjadi ‘pemarah’. Pada kalimat kedua terdapat generalisasi
kata ‘nephews and nieces’ yang terjemahannya adalah ‘keponakan laki – laki dan
perempuan’ menjadi lebih netral ‘kemenakannya’, dan dalam kalimat ketiga kata
‘liquid’ yang artinya adalah ‘ cairan’ diterjemahkan menjadi ‘minuman’.
10. Amplifikasi
Linguistik (Linguistic Amplification)
Amplifikasi
linguistik adalah teknik menambah unsur – unsur linguistik dalam teks bahasa
sasaran. Teks ini digunakan dalam penerjemahan lisan konsekutif dan dubbing.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
Pardon me?
|
Dapatkah
anda mengulang kata – kata anda?
|
2.
|
The little star always comes out next to his friend
the Moon.
|
Bintang kecil selalu keluar di langit bersama temannya bulan.
|
Pada
contoh kalimat pertama penerjemah
menambahkan unsur linguistik untuk lebih memperjelas maksud dari kata “pardon
me?’ Contoh kedua penerjemah juga menambahkan unsur linguistik “Di langit”
bertujuan untuk memperjelas makna dari teks BSu.
11. Kompresi
linguistik (Linguistic Compression)
Kompresi
linguistik adalah teknik mensintesa unsur – unsur linguistik ke dalam teks BSa.
Teknik ini sering digunakan untuk penerjemahan lisan spontan dan subtitling.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
if
this Tommy Lucero was not the man he
said he was, we are dead
people back home
|
Jika
Tommy Lucero itu bukan identitas yang
sebenarnya, tamatlah
riwayat kita!
|
2.
|
And it’s the shiniest star of them all.
|
Dan itu adalah
bintang yang paling terang.
|
3.
|
I want you to know…
|
Ketahuilah …
|
12. Penerjemahan
Harfiah (Literal Translation)
Teknik
penerjemahan harfiah adalah mengalihkan sebuah ekspresi kata demi kata tetapi
strukturnya sudah mengikuti aturan dalam bahasa sasaran.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
She addressed me
brightly.
(The Luncheon)
|
Ia
sapa saya dengan ceria.
(Makan
Siang)
|
2.
|
She had read a book
of mine and had written to me about it.
(The Luncheon)
|
Dia
telah membaca buku saya dan berkirim surat kepada saya tentang buku itu.
(Makan
Siang)
|
3.
|
Painting with ink is
a unique feature of Chinese culture and pak Suharto always shows off his
expertise every time Semawis Market is open.
(Meaningful strokes –
Garuda Magazine)
|
Melukis
dengan tinta adalah bagian yang unik dalam kebudayaan Tionghoa, dan pak
Suharto selalu menampilkan keahliannya setiap kali pasar malam Semawis
berlangsung.
(Goresan
Bermakna – Garuda Magazine)
|
Contoh
kalimat diatas mengunakan teknik penerjemahan harfiah (literal translation)
karena bahasa sumber langsung diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan
sedikit penyesuaian struktur bahasa.
13. Modulasi
(Modulation)
Modulasi
adalah teknik penerjemahan yang mengubah sudut pandang, fokus, atau kategori
kognitif dalam hubungannya dalam teks BSu, bisa dalam tataran leksikal atau
struktural.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
You
can take the leg off and that might
stop it, though I doubt it.
(The
Snow of Kilimanjaro)
|
Potong saja kakiku ini
dan mungkin aku akan lebih tenang,
walau aku tidak yakin itu.
(Salju
Kilimanjaro)
|
2.
|
Please put
hand baggage in the overhead luggage compartment or under your seat.
(Garuda Magazine)
|
Mohon meletakkan
bagasi kabin dalam rak penyimpanan di atas tempat duduk atau dibawah kursi
anda.
(Majalah
Garuda)
|
3.
|
I
make a wish on the first little star that I see in the sky.
|
Aku mengucapkan
kepada bintang kecil yang pertama
muncul di langit.
|
Pada
contoh kalimat pertama penerjemah melakukan modulasi karena jika diterjemahkan
dengan makna literal menghasilkan penerjemahan yang tidak wajar. Kalimat kedua
penerjemah melakukan modulasi kata ‘put hand’ menjadi ‘meletakkan’. Pada
kalimat ketiga penerjemahn melakukan modulasi kata ‘ I make a wish’ menjadi ‘
aku mengucapkan ‘ dan mengubah sudut pandang ‘the first little star that I see
in the sky’ menjadi ‘ bintang kecil yang pertama muncul di langit’.
14. Reduksi
(Reduction)
Reduksi
adalah kebalikan dari teknik amplifikasi. Teknik ini menekan / memadatkan
informasi yang terdapat dalam BSu ke dalam BSa. Teknik ini hampir mirip dengan
omission tapi ada sedikit perbedaan. Teknik penghilangan (ommision) ini
berbeda atau tidak termasuk sebagai teknik reduksi yang diredefinisi Molina dan
Albir. Mereka menyebutkan bahwa reduksi terkait dengan implisitasi pesan Bsu
pada Bsa. Sementara penghilangan (omission) adalah pelenyapan pesan
dalam Bsa. Oleh karena itu, kedua teknik ini perlu dibedakan karena konteks. Dengan
kata lain, informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan implisit
dalam teks bahasa sasaran.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
Pelembang,
the capital of South Sumatra Province,
is also known as Bumi Sriwijaya (Sriwijaya Land).
(Enjoying Bumi Sriwijaya)
|
Palembang, dikenal
juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya.
(Menikmati
Bumi Sriwijaya)
|
2.
|
it is far better and desirable benevolence
(ihsan mustahab)
|
Itu lebih baik dan merupakan perbuatan yang
sangat diharapkan (ihsan mustahab)
|
Pada
kalimat pertama, penerjemah mengimplisitkan kata “the capital of South Sumatra
Province”.
15. Substitusi
(Substitution)
Substitusi
adalah teknik mengganti elemen linguistik ke dalam elemen paralinguistik (intonasi
atau isyarat).
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
She
waved him aside with an airy
gesture.
(The
Luncheon)
|
Dia
menyuruh pelayan itu pergi dengan
isyarat yang ringan.
(Makan
Siang)
|
2.
|
Both Japanese bow to each other.
|
Kedua orang
Jepang saling memberi salam.
|
Pada
kalimat pertama dan kedua contoh diatas terdapat elemen paralinguistik isyarat.
Elemen tersebut pada kalimat pertama adalah “waved him aside” yang
diterjemahkan menjadi “menyuruh pelayan itu pergi” dan pada kalimat kedua “bow
to each other” diterjemahkan menjadi “saling member salam”.
16. Partikularisasi
(Particularization)
Partikularisasi
adala teknik penggunaan istilah yang lebih konkret atau khusus. Teknik ini
bertolak belakang dengan teknik generalisasi.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
Remain seated, with your seat belt on, when the aircraft is taking off, landing
or taxiing.
(Garuda
Magazine)
|
Tetaplah
duduk dengan sabuk pengaman terikat pada saat pesawat lepas landas dan ketika akan melakukan pendaratan.
(Majalah
Garuda)
|
2.
|
Try some of these subtle aerobic exercises while in your seat to try
and loosen up.
(Garuda magazine)
|
Cobalah
beberapa senam aerobik berikut ini
sambil duduk, dan upayakan agar tubuh Anda dalam keadaan santai.
(Majalah
Garuda)
|
3.
|
They’re forgetting a star!
|
Mereka lupa bintang ini!
|
Pada
contoh kalimat pertama diatas, penerjemah melakukan teknik partikularisasi pada
kata “the aircraft’ yang diterjemahkan menjadi “pesawat”. Pada kalimat kedua
penerjemah melakukan partikularasisai pada kata “exercises”. Kata tersebut
diterjemahkan menjadi “senam”. Penerjemah menggunakan istilah khusus dari exercise yang berarti berolahraga menjadi senam.
Pada
kalimat ketiga terdapat artikel ‘a’ pada
‘a star’ menunjukkan bahwa star yang
dimaksud masih indefinite, tetapi
penerjemah membuatnya lebih spesifik menjadi bintang itu.
17. Transposisi
(Transposition)
Transposisi
adalah menggantikan struktur gramatikal BSu menjadi struktur gramatikal BSa. Teknik
ini dilakukan untuk megubah struktur asli BSu agar mencapai efek yang sepadan.
Pengubahan ini bisa berupa pengubahan bentuk jamak ke tunggal, posisi kata
sifat, sampai pengubahan struktur kalimat secara keseluruhan.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
Musical instruments
can be divided into two basic groups.
|
Alat musik
bisa dibagi menjadi dua kelompok
dasar.
|
2.
|
Passengers are not
allowed to consume alcoholic beverages other than those served by Flight
Attendants.
(Garuda Magazine)
|
Para
penumpang hanya diperbolehkan minum minuman beralkohol yang disajikan oleh
awak kabin.
(Majalah
Garuda)
|
3.
|
Let’s
get Little Star home to the
moon…..
|
Antar bintang kecil
supaya kembali ke bulan….
|
4.
|
Apply to damp skin and
rinse off.
|
Gunakan pada kulit yang kusam dan bilas hingga
bersih.
|
Pada kalimat pertama letak kata sifat di
dalam dua frase nomina “musical instrument” dan “two basic groups” diubah
letaknya. Di dalam bahasa Inggris, kata sifat yang berfungsi sebagai unsur
menerangkan harus diletakkan didepan yang diterangkan sehingga berpola M - D.
Dalam Bahasa Indonesia kita mempunyai pola D – M jadi letak katanya berubah.
Pada contoh kalimat kedua, penerjemah
melakukan transposisi dari dua klausa menjadi satu klausa tanpa mengubah
maknanya. Pada kalimat ketiga terjadi perubahan jenis kalimat dari kalimat
ajakan menggunakan “let’s” menjadi kalimat perintah “antar”.
Pada
kalimat keempat terdapat frase nomina yang merupakan bentukan dari adjektiva
dan nomina yaitu ‘damp skin’ yang berpola MD (menerangkan – diterangkan).
Penerjemah teks ini menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia dengan pola DM
(diterangkan – menerangkan) yaitu ‘kulit yang kusam’.
18. Variasi
(Variation)
Variasai
adalah teknik untuk mengubah unsur – unsur linguistik atau paralinguistik yang
mempengaruhi variasi linguistik:
perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dan juga dialek
geografis. Teknik ini bisa ditemukan dalam penerjemahan drama atau cerita anak.
Contoh:
No
|
BSu
|
BSa
|
1.
|
By
the way…
|
Ngomong
– ngomong …
|
2.
|
You know what …
|
Tau nggak sih
lu….
|
3.
|
To tell Tico to jump,
say salta
|
Untuk memberi
tahu Tico untuk melompat katakan “loncat”.
|
Kalimat
pertama dan kedua adalah variasi linguistik dalam dialek sosial dari BSu yang
diterjemahkan menjadi BSa. Dalam contoh kalimat ketiga kata ‘salta’ diterjemahkan
menjadi ‘loncat’ dan diberi tanda kutip karena bukan kata loncat yang harus
diucapkan tetapi ‘salta’ yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘loncat’.
DAFTAR
PUSTAKA
Fenty
Kusumastuti, 2011. Analisis Kontrastif
Subtitling dan Dubbing dalam Film Kartun Dora The explorer Seri Wish Upon A
Star: Kajian Teknik Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan. Tesis. Program Studi Linguistik, Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Havid
ardi, 2010. Analisis Teknik Penerjemahan dan
Kualitas Terjemahan Buku “Asal –
Usul Elite Minangkabau Modern: Respon
Terhadap Kolonial Belanda Abad KE
XIX/XX”. Tesis. Program Studi Linguistik, Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hemingway,
Ernes., 1961. The Snow of Kilimanjaro.
New York: Collier Macmillan Canada.
Lusi
susilawati. 2010. Analisis Transposisi
dan Modulasi Pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk – Produk Oriflame.
Tesis. Program Studi Linguistik, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Molina,
Lucia and Hurtado Albir, A. 2002. “Translation
Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach” dalam Meta:
Journal des traducteur/Meta: Translator’ Journal. XLVIII, No. 4.
Reni
Hapsari, 2011. An Anlysis of Translation
Shifts and Qualities in Two Selected Children Bilingual Books: A systemic
Functional Perspective. Thesis Proposal. Department of Linguistic
Translation, Postgraduate Program, Sebelas Maret University Surakarta.
Sakut
Anshori, 2010. Teknik, Metode, dan
Ideologi Penerjemahan Buku Economic Concepts of Ibn Taimiyah ke Dalam Bahasa
Indonesia dan Dampaknya Pada Kualitas Terjemahan. Tesis.
Program Studi Linguistik, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Salihen
moentaha, 2006. Bahasa dan Terjemahan.
Bekasi : Kesait Blanc.
The
Magazine of Garuda Indonesia April 2010.
Ursula
G. Buditjahja, 2001. Salju Kilimanajro.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Zuchridin
Suryawinata & Sugeng Hariyanto, 2003. Translation:
Bahasan Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta : Kanisius.