Rabu, 05 April 2017

Lilin Merah by Dewi Lestari (Translated by English Department Student)

Ini adalah hasil kerja mahasiswa saya di kelas translation.


Lilin Merah [1998] 

 Adakalanya kesendirian menjadi hadiah ulang tahun yang terbaik. Keheningan menghadirkan pemikiran yang bergerak ke dalam, menembus rahasia terciptanya waktu. Keheningan mengapungkan kenangan, mengembalikan cinta yang hilang, menerbangkan amarah, mengulang manis keberhasilan dan indah kegagalan. Hening menjadi cermin yang membuat kita berkaca—suka atau tidak pada hasilnya. Lilin merah berdiri megah di atas glazur, kilau apinya menerangi usia yang baru berganti. Namun, seusai disembur napas, lilin tersungkur mati di dasar tempat sampah. Hangat nyalanya sebatas sumbu dan usailah sudah. Sederet doa tanpa api menghangatkan mu di setiap kue hari, kalori bagi kekuatan hati yang tak habis dicerna usus. Lilin tanpa sumbu menyala dalam jiwa, menerangi jalan setapakmu ketika dunia terlelap dalam gelap. Berbahagialah, sesungguhnya engkau mampu berulang tahun setiap hari. 


 Red Candle [1998] 

There is a time loneliness becomes the best birthday gift. The silence presents a thought through the secrets of time creation. The silence reminds memories, restores the lost love, flies rage, repeats the beautiful success and failure. Silent becomes a mirror that allows us to reflect – whether agree or not with the result. Red candle stands majestically on glazing; glitter flames light up the new age. However, after the blow of the breath, a candle fell down and extinguish in the bottom of the bin. Warm its flames limited wick and it is over. A row of prayer without a fire, warms every single day, and it gives the strength ever and after. Candles without wick lit in the soul, light your foot paths up when the world fell asleep in the dark. Be happy, actually you can have birthday every day.

Senin, 18 April 2016

Teknik Penerjemahan



Abstrak
Teknik penerjemahan adalah suatu metode yang diterapkan dalam penerjemahan untuk menggambarkan hasil penerjemahan dan mengklasifikasikan tipe solusi penerjemahan. Teknik penerjemahan muncul untuk membedakan dengan strategi penerjemahan. Teknik penerjemahan ini akan menentukan ideologi yang dipakai oleh penerjemah. Teknik penerjemahan yang dibahas dalam makalah ini adalah teknik penerjemahan Molina dan Albir yang terdiri atas 18 teknik yaitu adaptasi, amplifikasi, pinjaman, kalke, kompensasi, kreasi diskursif, kesepadanan lazim, generalisasi, amplifikasi linguistik, kompresi linguitik, terjemahan harfiah, modulasi, partikularisasi, reduksi, substitusi, transposisi, dan variasi.

I.                   PENDAHULUAN
Kegiatan penerjemahan tidak bisa dipisahkan dengan teknik penerjemahan. Teknik penerjemahan digunakan untuk menentukan ideologi penerjemahan, apakah penerjemahan itu bersifat foreignisasi ataukah domestikasi. Sebelum teknik penerjemahan muncul, orang masih rancu membedakan teknik penerjemahan dengan strategi penerjemahan yang banyak dibahas oleh Baker (1992) dan Bell (1997). 
Teknik penerjemahan dalam hal ini adalah gambaran yang tampak pada hasil terjemahan, terutama pada unit terkecil teks (unsur mikro), sedangkan terjemahan dalam unit makro/global, disebut dengan metode. Strategi penerjemahan erat kaitannya dengan proses penerjemahan, tempat penerjemah berusaha mencari taktik untuk keluar dari permasalahan yang mungkin timbul selama proses penerjemahan berlangsung. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara teknik dan strategi adalah strategi merupakan bagian dari proses, sedangkan teknik dapat dilihat dari produk terjemahannya.
II.                DEFINISI
Menurut Machali (200:77) teknik merupakan suatu metode, keahlian atau seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas tertentu. Sedangkan menurut Molina dan Albir (2002:209), teknik menggambarkan hasil yang didapat dan bisa digunakan untuk mengklasifikasi bermacam – macam tipe solusi penerjemahan. Dari definisi teknik diatas dapat disimpulkan bahwa teknik penerjemahan adalah suatu metode yang diterapkan dalam penerjemahan untuk menggambarkan hasil penerjemahan dan mengklasifikasikan tipe solusi penerjemahan.

Teknik Penerjemahan mempunyai lima karakteristik dasar yaitu:
1.      Berdampak pada hasil terjemahan
2.      Diklasifikasikan oleh perbandingan dengan teks aslinya
3.      Berdampak pada unit mikro dari teks
4.      Bersifat diskursif dan kontekstual
5.      Bersifat fungsional
III.             TEKNIK PENERJEMAHAN MOLINA DAN ALBIR DAN CONTOH PENERAPANNYA DALAM KALIMAT
Dibawah ini, adalah jenis – jenis teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir. Penulis mengambil contoh teknik penerjemahan dari berbagai sumber.
1.      Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah teknik yang mengganti unsur budaya bahasa sumber dengan unsur budaya yang dikenal dalam bahasa sasaran
No
BSu
BSa
1.       
Kilimajaro is a snow covered mountain 19,710 feet high and is said to be the highest mountain in Africa.
(The Snow of Kilimanjaro)

Kilimanjaro adalah gunung bersalju yang terletak pada ketinggian  6008 meter dari permukaan laut dan dijuluki gunug tertinggi di benua Afrika.
(Salju Kilimajaro)
2.       
 Today she weighs twenty-one stone.
(The Luncheon)
Sekarang dia berbobot 133 kilo.
(Makan Siang)
3.       
Hi, I’m Dora.
(Dora the explorer – Wish Upon a Star)
Halo, aku Dora.
4.       
I answered that I would meet my friend – by correspondence – at Foyot’s on Thursday at half-past twelve.
(The Luncheoun)
Saya balas suratnya bahwa saya akan menemui teman saya di Foyot’s Kamis pukul 12.30.
(Makan Siang)

Pada kalimat pertama kata ‘feet’ (ukuran tinggi) diterjemahkan menjadi ‘meter’, karena masyarakat Indonesia lebih memahami ukuran meter. Begitu juga pada kaliamt kedua, ukuran berat dalam BSu, ‘stone’, diterjemahkan menjadi ‘kilo’ agar pembaca BSa bisa memahami.
Pada kalimat ketiga penerjemah mengadaptasi kata ‘hi’ menjadi ‘halo’ karena kata halo lebih sering digunakan dalam BSa. Kata ‘hi’ disini juga bisa diterjemahkan dengan teknik adapatasi menjadi ‘hai’.
Kalimat keempat mengadaptasi tulisan jam ‘half-past twelve’ menjadi angka ’12.30’. Hal ini dilakukan karena pembaca BSa lebih sering menemukan penunjuk jam yang ditulis dengan angka ‘12.30’ daripada dengan tulisan ‘setengah satu’.

2.      Amplifikasi (Amplification)
Amplifikasi adalah memperkenalkan / menambahkan detail informasi yang tidak terdapat dalam Bsu yaitu paraphrase eksplisit.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
Look at them,” he said. “Now is it sight or is it scent that brings them like that?”
(The Snow of Kilimanjaro)
Coba kau amati burung – burung itu,” katanya. “Nah, coba tebak, indera penglihatan ataukah indera penciuman yang membuat mereka begitu?”
(Salju Kilimanjaro)
2.       
Barely five years before his birth, the centuries-old Abbasid caliphate at Baghdad had been destroyed by the Mongols.
(Economic Concepts of Ibn Taimiyah)
Sekitar lima tahun sejak ia lahir, Dinasti Abbasiah yang telah berusia beberapa abad, dihancurkan oleh pasukan Mongol.
(Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah)
3.       
The coffee system, at the least, prevented them from spending time on other more profitable or necessary endeavors, …

Sistem [tanaman] kopi, setidaknya, menghalangi mereka untuk memanfaatkan waktu pada usaha lain yang lebih menguntungkan atau lebih diperlukan, ...

Pada contoh kalimat pertama, penerjemah menerjemahkan informasi implisit yang terdapat dalam kalimat BSu. Look at them à diterjemahkan secara eksplisit menjadi coba kau amati burung - burung itu. Penerjemah menerjemahkan them menjadi burung – burung itu, karena kalimat sebelumnya terdapat kata bird / burung.
Pada kalimat kedua, penerjemah melakukan penambahan informasi kata the Mongols menjadi pasukan Mongol. Pada kalimat ketiga, penerjemah mengeksplisitkan kata “tanaman” untuk lebih memperjelas informasi kalimatnya.

3.      Peminjaman (borrowing)
Peminjaman adalah teknik pengambilan sebuah kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Peminjaman ini dapat berupa peminjaman murni ( Pure Borrowing) dan peminjaman yang sudah dinaturalisasi ( disesuaikan dengan sistem fonetik dan morfologi bahasa sasaran).
Contoh:
a.       Peminjaman Murni (Pure Borrowing)
No
BSu
BSa
1.       
I mentioned casually that my doctor had absolutely forbidden me to drink champagne.
( The Luncheon)  
Saya katakana sambil lalu bahwa dokter saya betul – betul melarang saya minum champagne.  
( Makan Siang )
2.       
“Never, I never eat asparagus.”
( The Luncheon)  
“Tidak, saya tidak pernah makan asparagus.”
(Makan Siang)
3.       
In her dream she was at the house on Long Island and it was the night before her daughter’s debut. 
(The Snow of Kilimanjaro)
Di dalam mimpinya ia tengah berada di rumahnya di Long Island dan saat itu malam sebelum acara resmi perpisahan sekolah anak gadis.
(Salju Kilimanjaro)

Pada contoh diatas, terdapat teknik peminjaman murni dari champagne yang diterjemahkan menjadi champagne, asparagus yang juga diterjemahkan menjadi asparagus dan Long Island yang juga diterjemahkan sama menjadi Long Island. . Tidak ada perubahan dalam tulisan dan pengucapan.
b.      Peminjaman yang sudah dinaturalisasi (Naturalized borrowing) 
No
BSu
BSa
1.       
She ate the caviare and she ate the salmon.
(The luncheon)
Dia makan kaviar itu, setelah itu makan ikan salmon.
(Makan Siang)
2.       
“You’re quite a humorist!
(The Luncheon)  
“Anda cukup humoris!
(Makan Siang)
3.       
Further insight into the Chinese community’s philosophy of life can be gained through understanding its shufa or calligraphy.
(Meaningful Strokes – Garuda Magazine)
Mendalami filosofi hidup masyarakat Tionghoa juga bisa didapati dari memahami seni kaligrafi china atau shufa.
(Goresan Bermakna – Garuda Magazine) 

Dari tiga kalimat diatas, terdapat penyesuaian bunyi dan juga tulisan sesuai dengan sistem bahasa sasaran. Caviare à kaviar, humorist à humoris, philosophy à filosofi, dan calligraphy à kaligrafi.

4.      Kalke (Calque)
Kalke adalah teknik penerjemahan harfiah sebuah kata atau frase dari BSu ke BSa. Teknik penerjemahan ini bisa dilakukan secara leksikal atau struktural. Teknik ini mirip dengan terjemahan harfiah, perbedaannya terlihat pada struktur BSu yang masih muncul pada BSa atau leksikal yang dipertahankan namun mengikuti struktur BSa.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
In 1869, the chiefs decided that the teacher, a former Normal School student, was unqualified (after six years of service in the school), and they discharged him.

Pada tahun 1869, kepala nagari memutuskan bahwa gurunya, seorang lulusan Sekolah Normal dianggap tidak berkualitas (setelah mengajar selama enam tahun di sekolah itu) dan guru itu dipecat
2.       
The Chinatown Area or Pecinan Semarang is much like an oasis that gives us positive energy.
 (Meaningful Strokes – Garuda Magazine)
Kawasan China town atau Pecinan Semarang tak ubahnya sebuah oase yang dapat memberikan energi positif.
(Goresan Bermakna – Garuda Magazine) 
3.       
Each Residency was divided into Assistant Residencies.
Tiap-tiap keresidenan dibagi ke dalam pemerintahan Asisten Karesidenan.
4.       
Wait! Wait! Stop the bus!
Tunggu! Tunggu! Hentikan bus itu!

Pada kalimat pertama dan kedua, terdapat teknik kalke yang mengikuti struktur BSa namun unsur leksikal nya masih dipertahankan. Dalam BSu terdapat kata “Normal School” yang diterjemahkan dengan strukutur BSa menjadi “Sekolah Normal” dan juga kata “Positive Energy” yang diterjemahkan menjadi “ Energi Positif”. 
Pada kalimat ketiga dan keempat, terdapat ateknik penerjemahan kalke yang struktur BSu nya masih muncul pada struktur BSa. Pada kalimat ketiga terdapat kata “Assitant Residences” yang diterjemahkan menjadi “Asisten Karesidenan” dan pada kalimat keempat terdapat kata :Stop the bus” yang diterjemahkan menjadi “Hentikan bus itu”. Dari kedua kalimat tersebut tidak terdapat perubahan struktur BSu maupun BSa.

5.      Kompensasi (Compensation)
Kompensasi adalah teknik penerjemahan yang memperkenalkan unsur – unsur informasi atau pengaruh stilistik teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
If there’s a place you’ve got to go,
I’m the one you need to know
If there’s a place you’ve got to get,
I can get you there, I bet.
(Dora the Explorer)
 Jika kau mencari tempat,
Akulah orang yang tepat.
Jika kau mencari lokasi,
Akulah orang yang kau cari.
2.       
Myself when young did eagerly frequent
Doctor and Saint, and heard great argument
About it and about; but evermore
Came out by the same Door as in I went.
(The Rubbaiyat Umat Khayam: Based on the First Translation)
Saat mudaku sendiri pun gemar bertemu
Tabib dan Orang saleh, dapat nasihat seru
Tentang hal ini dan itu: tapi kemudian
Berlalu lewat Pintu yang sama aku masuk.
(Rubbaiyat Omar Khayam: Syair dan Tafsir)

Teknik kompensasi pada contoh diatas mengutamakan sajak agar terkesan lebih puitis.

6.      Deskripsi (Description)
Deskripsi adalah teknik penerjemahan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
“I’ll have a gimlet, “Robert Wilson told him.
(The Short Happy Life of Francis Macomber)
“ Aku mau gimlet (minuman terbuat dari gin, vodka, air jeruk, atau air soda), “ kata Robert Wilson padanya.
(Kebahagiaan Hidup Francis Macomber)
2.       
 The men either stayed at their wife’s house at night, or, of unmarried, they slept in the lineage surau, a combination of Quranic school and male clubhouse.

Sedangkan laki-laki menetap di rumah istrinya pada malam hari saja, atau jika kaum laki-laki yang belum kawin biasanya tidur pada surau keluarga, yang biasanya dipergunakan sebagai tempat mengaji Quran dan tempat berkumpul para pemuda dalam semacam clubhouse.
3.       
In accordance with government regulations, do not operates mobile phone, TV sets or Radios….
(Garuda Magazine)
Sesuai dengan keputusan Departemen Perhubungan Direktorat  Jenderal Perhubungan Udara No. AU 4357/DKP.09752003, mohon tidak mempergunakan telpon genggam, televise atau radio…
(Majalah Garuda)

Pada kalimat diatas, penerjemah menggunakan teknik deskripsi untuk mendiskripsikan suatu kata atau istilah agar pembaca bahasa sasaran lebih memahami. Seperti pada kalimat pertama, penerjemah mendeskripsikan ‘Gimlet’ adalah jenis minuman yang terbuat dari gin, vodka, air jeruk, atau air soda. Begitu juga dengan kalimat kedua yang menjelaskan tentang male clubhouse. Pada kalimat ketiga penerjemah menambah informasi tentang “Government Regulation” dengan “keputusan Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Udara No. AU 4357/DKP.09752003”. Hal ini untuk menjelaskan bahwa peraturan pemerintah yang dimaksud adalah peraturan dari departemen perhubungan.

7.      Kreasi diskursif (Discursive Creation)
Kreasi diskursif adalah teknik penerjemahan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini biasanya digunakan untuk menerjemahkan judul buku atau judul film.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
Ronggeng Dukuh Paruk
The Dancer
2.       
Korea Beckons
Selayang Pandang Korea
3.       
The major conflict arose between two different versions of Islam – the traditional accommodating and eclectic Islam (taught in the lineage surau and the village mosque)

Konflik yang utama muncul antara dua versi Islam yang berbeda, yaitu Islam sinkretik yang tradisional (yang diajarkan di surau-surau keluarga dan masjid nagari)

Pada kalimat ketiga terjadi perubahan-perubahan tak terduga, seperti “eclectic” (paham yang mengambil hal-hal yang terbaik dari beberapa sumber) menjadi “sinkretik” (paham/aliran yang memadukan beberapa aliran/agama untuk mencapai keserasian)

8.      Kesepadanan Lazim ( Established Equivalent)
Kesepadanan lazim adalah teknik untuk menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim/diakui  dalam kamus bahasa sasaran sebagai padanan pada teks bahasa sumber.
Contoh : 
No
BSu
BSa
1.       
He explained that the shio of the head of the family should be put at the top and then followed by that of the mother, children, in-laws, and grandchildren.
(Meaningful Strokes – Garuda Magazine)

Ia menjelaskan banwa shio kepala keluarga diletakkan di bagian atas kemudian dilanjutkan dengan shio ibu, anak, menantu, hingga cucu.
(Goresan Bermakna – Garuda Magazine)
2.       
There are no floods of bicycles or motor bikes at the traffic lights either, as I would have expected after much exposure to south-east Asian countries.
(Korea Beckons – Garuda Magazine)
Tidak pula ada banjir sepeda atau sepeda motor di lampu lalu lintas, seperti yang aku tunggu setelah banyak sekali pengalaman melihat negara – negara Asia Tenggara.
(Selayang Pandang Korea – Garuda Magazine)
3.       
My mouth had often watered at the sight of them.
( The Luncheon)
Sering mulut saya ngiler melihatnya.
(Makan Siang)
4.       
Good Evening, Mr Troll.
Selamat Malam, Tuan Kurcaci.
                       
Teknik kesepadanan lazim digunakan untuk kata yang sudah secara formal memliki padanan dalam BSa seperti yang terdapat dalam kamus atau yang telah disepakati oleh komunitas tertentu sebagai pengguna bahasa (pengunaan bahasa sehari – hari. Teknik kesepadanan lazim ini juga digunakan untuk ungkapan lazim yang telah digunakan suatu bidang ilmu tertentu atau dalam masyarakat tertentu. Contoh pada kalimat pertama terdapat kata ‘ in-laws’ yang dipadankan menjadi ‘menantu’ dalam bahasa Indonesia, karena kata ‘menatu’ sudah lazim digunakan di Indonesia. Dalam contoh kalimat kedua terdapat kata ‘south-east Asian countries’ yang telah memiliki padanan lazim dalam bahasa Indonesia yaitu ‘ negara – negara Asia Tenggara’. Kemudian pada kalimat keempat kata ‘ watered’ lebih lazim diterjemahkan menjadi ‘ngiler’ daripada ‘ berair’. Pada kalimat keempat kata ‘ good evening’ memang diterjemahkan dengan ‘selamat malam’ dan kata ‘Mr’ sering disepadankan dengan kata ‘tuan’ dalam Bahasa Indonesia. 
9.      Generalisasi ( generalization)
Teknik generalisasi adalah penggunaan teknik – teknik yang lebih umum atau netral.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
…. that grumpy old troll
…..si Kurcaci Tua pemarah
2.       
Worried sisters would accuse a brother of spoiling his own children instead of fulfilling his tradition duties toward his nephews and nieces, who, according to strict interpretation of adat, had first claim on his attentions.
Sang istri yang merasa kecewa akan segera menuduh saudaranya yang laki-laki (mamak) memanjakan anak-anaknya sendiri ketimbang kemenakannya, yang menurut aturan adat justru harus mendapat perhatian yang utama sebagai pemenuhan kewajiban yang tradisional.
3.       
Flying can dehydrate you, so drink plenty of non-alcoholic liquid.
(Garuda Magazine)
Berada di ketinggian dapat menyebabkan dehidrasi, sebaiknya anda mengkonsumsi cukup minuman non-alkohol.
(Majalah Garuda)

Pada kalimat pertama kata ‘grumpy’ yang lebih tepatnya adalah ‘penggerutu’ digeneralisasikan menjadi ‘pemarah’. Pada kalimat kedua terdapat generalisasi kata ‘nephews and nieces’ yang terjemahannya adalah ‘keponakan laki – laki dan perempuan’ menjadi lebih netral ‘kemenakannya’, dan dalam kalimat ketiga kata ‘liquid’ yang artinya adalah ‘ cairan’ diterjemahkan menjadi ‘minuman’.  

10.  Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification)
Amplifikasi linguistik adalah teknik menambah unsur – unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teks ini digunakan dalam penerjemahan lisan konsekutif dan dubbing.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
 Pardon me?
Dapatkah anda mengulang kata – kata anda?
2.       
The little star always comes out next to his friend the Moon.
 Bintang kecil selalu keluar di langit bersama temannya bulan.

Pada contoh  kalimat pertama penerjemah menambahkan unsur linguistik untuk lebih memperjelas maksud dari kata “pardon me?’ Contoh kedua penerjemah juga menambahkan unsur linguistik “Di langit” bertujuan untuk memperjelas makna dari teks BSu.

11.  Kompresi linguistik (Linguistic Compression)
Kompresi linguistik adalah teknik mensintesa unsur – unsur linguistik ke dalam teks BSa. Teknik ini sering digunakan untuk penerjemahan lisan spontan dan subtitling.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
 if this Tommy Lucero was not the man he said he was, we are dead
people back home
 Jika Tommy Lucero itu bukan identitas yang sebenarnya, tamatlah
riwayat kita!
2.       
 And it’s the shiniest star of them all.
Dan itu adalah bintang yang paling terang.
3.       
I want you to know…
Ketahuilah …


12.  Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Teknik penerjemahan harfiah adalah mengalihkan sebuah ekspresi kata demi kata tetapi strukturnya sudah mengikuti aturan dalam bahasa sasaran.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
She addressed me brightly.
(The Luncheon)

Ia sapa saya dengan ceria.
(Makan Siang)
2.       
She had read a book of mine and had written to me about it.
(The Luncheon)
Dia telah membaca buku saya dan berkirim surat kepada saya tentang buku itu.
(Makan Siang)
3.       
Painting with ink is a unique feature of Chinese culture and pak Suharto always shows off his expertise every time Semawis Market is open.
(Meaningful strokes – Garuda Magazine)
Melukis dengan tinta adalah bagian yang unik dalam kebudayaan Tionghoa, dan pak Suharto selalu menampilkan keahliannya setiap kali pasar malam Semawis berlangsung. 
(Goresan Bermakna – Garuda Magazine)

Contoh kalimat diatas mengunakan teknik penerjemahan harfiah (literal translation) karena bahasa sumber langsung diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan sedikit penyesuaian struktur bahasa.

13.  Modulasi (Modulation)
Modulasi adalah teknik penerjemahan yang mengubah sudut pandang, fokus, atau kategori kognitif dalam hubungannya dalam teks BSu, bisa dalam tataran leksikal atau struktural.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
 You can take the leg off and that might stop it, though I doubt it.
(The Snow of Kilimanjaro)
Potong saja kakiku ini dan mungkin aku akan lebih tenang, walau aku tidak yakin itu.
(Salju Kilimanjaro)
2.       
 Please put hand baggage in the overhead luggage compartment or under your seat.
(Garuda Magazine)
 Mohon meletakkan bagasi kabin dalam rak penyimpanan di atas tempat duduk atau dibawah kursi anda.
(Majalah Garuda)
3.       
I make a wish on the first little star that I see in the sky.
Aku mengucapkan kepada bintang kecil yang pertama muncul di langit.

Pada contoh kalimat pertama penerjemah melakukan modulasi karena jika diterjemahkan dengan makna literal menghasilkan penerjemahan yang tidak wajar. Kalimat kedua penerjemah melakukan modulasi kata ‘put hand’ menjadi ‘meletakkan’. Pada kalimat ketiga penerjemahn melakukan modulasi kata ‘ I make a wish’ menjadi ‘ aku mengucapkan ‘ dan mengubah sudut pandang ‘the first little star that I see in the sky’ menjadi ‘ bintang kecil yang pertama muncul di langit’.

14.  Reduksi (Reduction)
Reduksi adalah kebalikan dari teknik amplifikasi. Teknik ini menekan / memadatkan informasi yang terdapat dalam BSu ke dalam BSa. Teknik ini hampir mirip dengan omission tapi ada sedikit perbedaan. Teknik penghilangan (ommision) ini berbeda atau tidak termasuk sebagai teknik reduksi yang diredefinisi Molina dan Albir. Mereka menyebutkan bahwa reduksi terkait dengan implisitasi pesan Bsu pada Bsa. Sementara penghilangan (omission) adalah pelenyapan pesan dalam Bsa. Oleh karena itu, kedua teknik ini perlu dibedakan karena konteks. Dengan kata lain, informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan implisit dalam teks bahasa sasaran.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
Pelembang, the capital of South Sumatra Province, is also known as Bumi Sriwijaya (Sriwijaya Land).
 (Enjoying Bumi Sriwijaya)
Palembang, dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya.
(Menikmati Bumi Sriwijaya)
2.       
it is far better and desirable benevolence (ihsan mustahab)
Itu lebih baik dan merupakan perbuatan yang sangat diharapkan (ihsan mustahab)

Pada kalimat pertama, penerjemah mengimplisitkan kata “the capital of South Sumatra Province”.

15.  Substitusi (Substitution)
Substitusi adalah teknik mengganti elemen linguistik ke dalam elemen paralinguistik (intonasi atau isyarat).
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
She waved him aside with an airy gesture.
(The Luncheon)
Dia menyuruh pelayan itu pergi dengan isyarat yang ringan.
(Makan Siang)
2.       
 Both Japanese bow to each other.
Kedua orang Jepang saling memberi salam.

Pada kalimat pertama dan kedua contoh diatas terdapat elemen paralinguistik isyarat. Elemen tersebut pada kalimat pertama adalah “waved him aside” yang diterjemahkan menjadi “menyuruh pelayan itu pergi” dan pada kalimat kedua “bow to each other” diterjemahkan menjadi “saling member salam”.

16.  Partikularisasi (Particularization)
Partikularisasi adala teknik penggunaan istilah yang lebih konkret atau khusus. Teknik ini bertolak belakang dengan teknik generalisasi.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
 Remain seated, with your seat belt on, when the aircraft is taking off, landing or taxiing.
(Garuda Magazine)
Tetaplah duduk dengan sabuk pengaman terikat pada saat pesawat lepas landas dan ketika akan melakukan pendaratan.
(Majalah Garuda)  
2.       
 Try some of these subtle aerobic exercises while in your seat to try and loosen up.
(Garuda magazine)
Cobalah beberapa senam aerobik berikut ini sambil duduk, dan upayakan agar tubuh Anda dalam keadaan santai. 
(Majalah Garuda)
3.       
They’re forgetting a star!
Mereka lupa bintang ini!

Pada contoh kalimat pertama diatas, penerjemah melakukan teknik partikularisasi pada kata “the aircraft’ yang diterjemahkan menjadi “pesawat”. Pada kalimat kedua penerjemah melakukan partikularasisai pada kata “exercises”. Kata tersebut diterjemahkan menjadi “senam”. Penerjemah menggunakan istilah khusus dari exercise yang berarti berolahraga menjadi senam.
Pada kalimat ketiga terdapat artikel ‘a’ pada ‘a star’ menunjukkan bahwa star yang dimaksud masih indefinite, tetapi penerjemah membuatnya lebih spesifik menjadi bintang itu.

17.  Transposisi (Transposition)
Transposisi adalah menggantikan struktur gramatikal BSu menjadi struktur gramatikal BSa. Teknik ini dilakukan untuk megubah struktur asli BSu agar mencapai efek yang sepadan. Pengubahan ini bisa berupa pengubahan bentuk jamak ke tunggal, posisi kata sifat, sampai pengubahan struktur kalimat secara keseluruhan.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
 Musical instruments can be divided into two basic groups.
Alat musik bisa dibagi menjadi dua kelompok dasar.
2.       
Passengers are not allowed to consume alcoholic beverages other than those served by Flight Attendants. 
(Garuda Magazine)
Para penumpang hanya diperbolehkan minum minuman beralkohol yang disajikan oleh awak kabin.
(Majalah Garuda)
3.       
Let’s get Little Star home to the moon…..
Antar bintang kecil supaya kembali ke bulan….
4.       
Apply to damp skin and rinse off.
Gunakan pada kulit yang kusam dan bilas hingga bersih.

Pada kalimat pertama letak kata sifat di dalam dua frase nomina “musical instrument” dan “two basic groups” diubah letaknya. Di dalam bahasa Inggris, kata sifat yang berfungsi sebagai unsur menerangkan harus diletakkan didepan yang diterangkan sehingga berpola M - D. Dalam Bahasa Indonesia kita mempunyai pola D – M jadi letak katanya berubah.
Pada contoh kalimat kedua, penerjemah melakukan transposisi dari dua klausa menjadi satu klausa tanpa mengubah maknanya. Pada kalimat ketiga terjadi perubahan jenis kalimat dari kalimat ajakan menggunakan “let’s” menjadi kalimat perintah “antar”.
Pada kalimat keempat terdapat frase nomina yang merupakan bentukan dari adjektiva dan nomina yaitu ‘damp skin’ yang berpola MD (menerangkan – diterangkan). Penerjemah teks ini menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia dengan pola DM (diterangkan – menerangkan) yaitu ‘kulit yang kusam’. 

18.  Variasi (Variation)
Variasai adalah teknik untuk mengubah unsur – unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik:  perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dan juga dialek geografis. Teknik ini bisa ditemukan dalam penerjemahan drama atau cerita anak.
Contoh:
No
BSu
BSa
1.       
By the way…
Ngomong – ngomong …
2.       
You know what …
Tau nggak sih lu….
3.       
To tell Tico to jump, say salta
Untuk memberi tahu Tico untuk melompat katakan “loncat”.

Kalimat pertama dan kedua adalah variasi linguistik dalam dialek sosial dari BSu yang diterjemahkan menjadi BSa. Dalam contoh kalimat ketiga kata ‘salta’ diterjemahkan menjadi ‘loncat’ dan diberi tanda kutip karena bukan kata loncat yang harus diucapkan tetapi ‘salta’ yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘loncat’.
DAFTAR PUSTAKA

Fenty Kusumastuti, 2011. Analisis Kontrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film Kartun Dora The explorer Seri Wish Upon A Star: Kajian Teknik Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan. Tesis.  Program Studi Linguistik, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Havid ardi, 2010. Analisis Teknik  Penerjemahan  dan  Kualitas Terjemahan  Buku “Asal – Usul  Elite Minangkabau Modern: Respon Terhadap Kolonial  Belanda Abad KE XIX/XX”. Tesis.   Program Studi Linguistik, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hemingway, Ernes., 1961. The Snow of Kilimanjaro. New York: Collier Macmillan Canada.

Lusi susilawati. 2010. Analisis Transposisi dan Modulasi Pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk – Produk Oriflame. Tesis. Program Studi Linguistik, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Molina, Lucia and Hurtado Albir, A. 2002. “Translation Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach” dalam Meta: Journal des traducteur/Meta: Translator’ Journal. XLVIII, No. 4.

Reni Hapsari, 2011. An Anlysis of Translation Shifts and Qualities in Two Selected Children Bilingual Books: A systemic Functional Perspective. Thesis Proposal. Department of Linguistic Translation, Postgraduate Program, Sebelas Maret University Surakarta.

Sakut Anshori, 2010. Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Buku Economic Concepts of Ibn Taimiyah ke Dalam Bahasa Indonesia dan Dampaknya Pada Kualitas Terjemahan.  Tesis.  Program Studi Linguistik, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Salihen moentaha, 2006. Bahasa dan Terjemahan. Bekasi : Kesait Blanc.

The Magazine of Garuda Indonesia April 2010.

Ursula G. Buditjahja, 2001. Salju Kilimanajro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto, 2003. Translation: Bahasan Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta : Kanisius.